Banyaknya kasus pangan haram di pasaran seperti kasus Ajinomoto tahun 2001, merebaknya penjualan ayam tiren dan bakso ayam tiren tahun 2012, dan perdagangan daging celeng tahun 2011 semakin meningkatkan kegelisahan masyarakat akan status kehalalan makanan yang ada di sekitarnya. Hal ini menyebabkan masyarakat berbondong – bondong untuk cenderung membeli barang yang memiliki label halal dibandingkan yang tidak berlabel. Untuk mengatasi fenomena ini, Majelis Ulama Indonesia membentuk badan khusus untuk menangani masalah ini demi meningkatkan kualitas kehalalan pangan bagi masyarakat Indonesia. Badan yang diberi nama  Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPOM MUI). Lembaga ini bertugas dalam bidang pemeriksaan dan sertifikasi halal segalam macam produk yang dijual di pasar. Dalam proses dan pelaksanaan sertifikasi halal, LPPOM MUI melakukan kerjasama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM), Kementerian Agama, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta sejumlah perguruan Perguruan Tinggi di Indonesia. Tujuan sertifikasi halal adalah untuk memberikan kepastian status kehalalan, sehingga dapat menenteramkan batin konsumen dalam mengkonsumsinya. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.

Zaman era modern seperti saat ini masayarakat semakin paham dan sadar akan pentingnya menjaga dirinya masing – masing, terutama dalam pola makan. Masyarakat zaman sekarang lebih ‘kritis’ tentang produk makanan yang dijual dimana – mana. Banyak dari pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi lalai untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat akan kualitas produk pangannya demi menjaga peningkatan penjualan produknya, padahal masyarakat sangat melihat dan mempertimbangkan kualitas makanan yang akan dikonsumsi untuknya dan keluarganya.

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia, akan tetapi produk berlabel halal yang dijumpai di pasaran belumlah mencakup semuanya. Banyak pengusaha yang cenderung malas untuk mengurus sertifikat jaminan halal produknya karena beberapa alasan, seperti keharusan mengisi dokumen dan sebagainya. Semestinya hal ini jangan dijadikan beban untuk para pengusaha tersebut, karena adanya  sertifikat jaminan halal pada produk justru malah dapat mendongkrak peningkatan penjualan produk. Dengan adanya sertifikat halal, maka produk akan diburu oleh konsumen yang  sebagian besar muslim karena adanya label halal dapat mengurangi kekhwatiran konsumen akan isi dari produk dan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen akan produk yang dibelinya.

Oleh karena itu, dengan sertifikat halal pada produk, dapat memudahkan masyarakat dapdala pembelian produk tanpa khawatir karena setiap muslim wajib untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram, seperti yang telah tertulis di Al – Qur’an :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (sehat) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (Al Baqarah – 168)


DAFTAR PUSTAKA




Restoran khas makanan Sunda dan Jawa Barat ini didirikan oleh Arief Wangsadita yang juga mendirikan restoran "Kampung Sampireun" pada tanggal 18 September 2004. Berawal dari kecintaan sang pemilik pada masakan tradisional Sunda dan dorongan yang kuat untuk mengembangkannya serta mengenalkan beragam jenis makanan khas Sunda kepada masyarakat luas dan dedikasi kepada ibu – ibu dan pembantu rumah tangga yang telah berkontribusi dalam memperkaya kekayaan aneka ragam makanan masakan Sunda dan Indonesia maka berdirilah restoran ini. Citarasa masakan di restoran "Bumbu Desa" diharapkan dapat memenuhi 'kehausan' para pecinta masakan Sunda dengan bumbu hasil racikan sendiri yang dapat dijamin keotentikannya karena langsung dimasak oleh juru masak asli tanah Pasundan.
Restoran "Bumbu Desa" memiliki filosofi sebagai berikut :


Kami Sangat Mengenal Konsumen Kami

Kami Mengenal Pesaing Kami

Kami Memiliki Strategi

Pemimpin Kami Mengetahui Arah

Kami Memiliki Visi

Kami Sepenuhnya Memegang Kendali

Kami Selalu Dapat Menciptakan Perubahan

Kami Sangat Menikmati Apa yang Sedang Kami Lakukan 


Restoran "Bumbu Desa" ditampilkan dalam nuansa dan dekorasi khas pedesaan yang membuat suasana hati selalu damai tenteram dan menyegarkan pikiran karena semua perilaku hidup yang jujur, terutama bagi masyarakat kota yang jenuh akan suasana perkotaan. Seragam karyawan dan karyawati restoran "Bumbu Desa" merupakan baju adat Sunda yang selaras dengan misinya untuk melestarikan budaya Sunda. 

 

Saat ini Restoran "Bumbu Desa" sudah memiliki sekitar 52 outlet yang tersebar di seluruh penjuru negeri dan bersiap untuk 'melebarkan sayap' hingga ke Malaysia, Melbourne (Australia) bahkan Vancouver (Kanada). Restoran ini memiliki sasaran untuk pengunjung kelas menengah. Harga yang ditawarkan bervariasi, yaitu sekitar 50 hingga 75 ribu per porsinya. Berikut ini adalah menu andalan yang ditawarkan di restoran "Bumbu Desa": 

 

– Ayam Bakakak
– Nasi Tutug Oncom
– Nasi Bakar
– Ayam Laos
– Gepuk Penyet
– Gulai Tulang Rangu
– Gurame Pesmol
– Aneka Tumisan

Daftar Pustaka





Es krim yaitu produk susu beku berbentuk susu padat yang dibuat dari campuran susu, gula, bahan pemantap, bahan penyedap rasa serta aroma dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lainnya (bahan pengemulsi dan pewarna) dan dikemas dalam plastik atau karton khusus (Eckles et. al., 1980). Es krim memiliki sumber energi yang cukup tinggi. Kandungan lemak dalam es krim tiga sampai empat kali lebih banyak daripada susu dan setengah dari total padatannya berupa gula (laktosa, sukrosa, dan lain - lain). Es krim dapat digunakan untuk menambah berat badan dan untuk membantu pertumbuhan anak – anak.

Secara umum, komposisi bahan-bahan pembuat es krim adalah: 10 -16% lemak susu (milkfat), 9-12% padatan susu bukan lemak (milk solids-non-fat, MSNF), 12-16% pemanis, 0,2-0,5% penstabil (stabilizer) dan pengemulsi (emulsifier), dan 55-64% air. Berdasarkan komposisinya, es krim terbagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu kategori ekonomi ( economy brand), kategori standar (standard brand), kategori premium (premium brand), dan kategori super premium (super premium brand).

Dalam praktikum pembuatan ice cream menggunakan alat dan bahan sebagai berikut  :

Alat
a.      Mixer
b.      Baskom
c.        Timbangan
d.      Pengaduk kayu
e.       Panci
f.        Kompor gas
g.       Thermometer
h.       Cetakan ice cream
i.         Ice cream maker

Bahan
a.      Susu skim/segar
b.      Gula pasir
c.        Butter/mentega
d.      Telur
e.       Gelatin
f.        CMC/karagenan
g.       Whippy cream
h.       Minyak
i.         Tepung maezena
j.         Garam krosok
k.      Es batu
l.         Essence
m.    Coklat bubuk/batangan

Cara Pembuatan :
1.          Mencampurkan 150 g gula pasir, 1 g CMC/karagenan (A), coklat bubuk 3 sdm
2.         Menghangatkan susu cair 632 ml dengan susu 300C (B)
3.         Menambahkan bahan A ke bahan B sedikit demi sedikit
4.         Mencacah butter 100 g hingga halus, masukkan butter, coklat batang 100 g (lelehkan dahulu) ke dalam campuran bahan A & B setelah suhunya mencapai 450-500C
5.         Mengaduk dan memanaskan adonan dengan cepat hingga suhu 690C
6.         Mempertahankan suhu 690C selama 30 menit + 1 kuning telur kocok + tepung maezena
7.         Menghomogenisasi adonan selama 5 menit
8.         Menurunkan suhu hingga 40C menggunakan campuran es batu & garam krosok
9.         mixer
10.     Membekukan ke dalam freezer semalam

Bahan Penyusun Es Krim
Bahan penyusun es krim ialah lemak, padatan bukan lemak, pemanis, stabilizer atau emulsifier dan bahan flavor. Fungsi bahan penyusun tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Lemak
Fungsi penambahan lemak pada pembuatan es krim adalah memberikan rasa creamy serta berperan dalam pembentukan globula lemak dan turut mempengaruhi besar kecilnya pembentukan kristal. Selain itu menurut Goff (2000) lemak sangat penting dalam memberikan body es krim yang baik dan meningkatkan karakteristik kehalusan tekstur.
2.       Padatan Susu Bukan Lemak
Campbell and Marshall (1975) menyatakan bahwa bagian terbanyak dari bahan padatan susu bukan lemak adalah laktosa ata susu skim, protein dan garam mineral. Laktosa memberi rasa manis dan menurunkan titik beku. Protein berfungsi menambah nilai nutrisi, memperbaiki cita rasa, membantu pembuihan, pengikatan air dan membantu produk es krim yang lembut.
3.       Pemanis
Pemanis yang dapat digunakan dalam pembuatan es krim adalah sukrosa, gula bit, sirup jagung ataupun bahan pemanis lainnya yang diperbolehkan. Sukrosa atau gula komersial merupakan bahan pemanis yang sering digunakan. Tujuan pemberian pemanis ialah memberikan kekentalan dan cara termurah untuk mencapai total solid yang diinginkan sehingga dapat memperbaiki body dan tekstur frozen
dessert serta menurunkan titik beku (Walstra and James, 1984).
4.       Stabilizer (Penstabil)
Penstabil atau yang biasanya disebut dengan stabilizer merupakan suatu kelompok dari senyawa dan biasanya stabilizer yang digunakan adalah golongan gum polisakarida. Stabilizer akan bertnggung jawab untuk menambah viskositas dalam campuran fase tidak beku dari es krim (Goff, 2000). Menurut Furia (1968) beberapa fungsi utama dari stabilizer ialah:
a.      Mengatur pembentukan dan ukuran dari kristal es selama pembekuan dan penyimpanan, mencegah pertumbuhan kristal es yang kasar dan grainy.
b.      Mencegah penyebaran atau distribusi yang tak merata dari lemak solid yang lain.
c.        Mencegah pelelehan yang berlebih, bertanggung jawab terhadap bentuk body, kelembutan dan kesegaran.
Macam-macam stabilizer yang dapat ditambahkan dalam pembuatan es krim selain gelatin adalah agar, sodium alginat, gum acacia, gum karaya, guar gum, locust bean gum, karagenan, carboxymethyl cellulose (CMC), dan lain-lain (Marshal and Arbuckle, 1996).
Dalam praktikum ini menggunakan karagenan atau CMC. Karagenan merupakan  senyawa  polisakarida  yang berupa  hidrokoloid diekstraks dari rumput laut karaginofit seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea sp., dan Gigartina sp.  Polisakarida     tersebut disusun dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan β (1,4) 3,6 -  Anhidrogalaktosa secara bergantian baik mengandung ester sulfat atau tanpa sulfat. Fungsi karaginan adalah sebagai emulsifier, gelling agent, dan stabilizer. semi-refined carrageenan atau lebih dikenal dengan SRC  adalah karaginan yang diperoleh dengan proses perlakuan alkali pada rumput laut penghasil karaginan (karagenofit) atau disebut pula Alkali Treated Carrageenophyte atau Alkali Treated Cottonii yang disingkat ATC.  Salah satu manfaat dari karaginan pada industri makanan adalah dalam pembuatan formula eskrim. Dalam hal ini karaginan berfungsi sebagai stabilisator, pembentuk gel (gelling agent), pembentuk busa, dan pengental (thickening). Semirefined carrageenan yang diproduksi secara higienis memberikan gambaran yang mirip dengan karaginan murni (refined carrageenan) baik secara kimia maupun fisika, sehingga dimungkinkan dapat menggantikan fungsi karaginan sebagai stabilisator dalam pembuatan formula es krim
5.       Emulsifier (Pengemulsi)
Emulsifier digunakan untuk menghasilkn adonan yang merata, memperhalus tekstur dan meratakan distribusi udara di dalam struktur es krim (Arbuckle, 1977). Paling sedikit sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier yang sangat kuat adalah kandungan lesitin yang terdapat dalam kompleks lesitin-protein (Winarno, 1997). Padatan kuning telur mempengaruhi tekstur, hampir tidak mempengaruhi titik beku dan meningkatkan kemampuan mengembang karena kompleks lesitin-protein (Arbuckle, 1977). Kuning telur mengandung lesitin yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi yaitu bahan yang dapat menstabilkan emulsi. Emulsi yang stabil adalah suatu dispersi yang tidak mudah menjadi pengendapan bahan-bahan terlarut, dengan demikian emulsifier dapat mempengaruhi daya larut suatu bahan (Friberg and Larsson, 1997).
6.       Pewarna dan Perasa
Pewarna adalah bahan yang digunakan untuk mengatur bau memperbaiki diskolorasi makanan atau perubahan warna selama proses atau penyimpanan. Berbagai pewarna alami tersedia dan digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut. Karatenoid adalah jenis yang paling luas digunakan, diikuti oleh pigmen bit merah dan karamel warna coklat. Jumlah pewarna sintetik yang diijinkan adalah sedikit. Warna kuning dan merah merupakan yang paling banyak digunakan. Produk-produk makanan yang sering diwarnai adalah permen (confection), minuman ringan, dessert powders, sereal, es krim dan produk-produk susu. Zat perasa adalah senyawa-senyawa yang meningkatkan aroma dari komoditi makanan, walaupun zat ini sendiri dalam konsentrasi penggunaannya tidak memiliki bau atau rasa yang khusus. Efek dari zat ini, tampak nyata pada kesan-kesan seperti rasa/feelings, volume, body atau kesegaran/freshness (khususnya pada makanan-makanan yang diproses menggunakan panas) dari aroma dan juga oleh kecepatan penerimaan aroma atau time factor potentiator (Belitz and Groosch, 1987)

Fungsi Cara Pembuatan Es Krim
Menurut Desrosier (1977) tahapan yang dilakukan dalam pembuatan es krim yaitu pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi, aging dan pembekuan.
1.        Pencampuran
Prosedur yang biasa dilakukan dalam mencampurkan baha-bahan es krim yaitu dengan mencampurkan cair krim, susu atau produk susu cair yang lain dalam wadah untuk pasteurisasi. Semua bahan harus tercampur merata sebelum suhu pasteurisasi tercapai (Desrosier, 1977). Campuran bahan yang akan ibekukan menjadi es krim disebut ICM (Idris, 1992).
2.       Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan proses untuk mengurangi jumlah mikroba pembusuk dan patogen yang tidak tahan panas dengan menggunakan suhu 79oC selama 25 detik. Proses ini juga membantu menghidrasi beberapa komponen seperti protein dan penstabil (Goff, 2000).
3.       Homogenisasi
Proses homogenisasi untuk memcah ukuran globula-globula lemak yang akan menghasilkan tingkat dispersi lemak yang tinggi (Webb et al., 1980). Keuntungan homogenisasi adalah mengaduk semua bahan secara merata, memecah dan menyebar globula lemak, membuat tekstur lebih mengembang dan dapat menghasilkan produk yang lebih homogen (Desrosier, 1977).
4.       Aging
Menurut Eckles et al. (1980) aging merupakan suatu proses pendinginan campuran yang telah dihomogenisasi pada suhu di bawah 5oC selama antara 4 sampai 24 jam. Waktu aging selama 24 jam memberikan hasil yang terbaik pada industri skala kecil. Hal ini menyediakan waktu bagi lemak untuk menjadi dingin dan mengkristal serta menghidrasi protein dan polisakarida sepenuhnya. Selain itu kristalisasi lemak, adsorpsi protein, stabilizer dan emulsifier dalam globula lemak membutuhkan waktu beberapa jam terutama jika gelatin ditambahkan sebagai stabilizer.
5.       Pembekuan
Menurut Potter (1986) proses pembekuan yang cepat disertai pemasukan udara berfungsi untuk membentuk cairan dan memasukkan udara ke dalam campuran es krim sehingga dihasilkan overrun. Proses pembekuan ini disertai dengan pengocokan yang berfungsi untuk membekukan cairan dan memasukkanudara ke daam ICM sehingga dapat mengembang (Desrosier, 1977).

Penentuan Mutu Es Krim
Es krim dikatakan bermutu tinggi apabila berkadar lemak tinggi, manis, berbody halus (Idris, 1992). Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim sangat menentukan mutu es krim.
1.        Overrun
Overrun pada pembuatan es krim adalah pengembangan volume yaitu kenaikkan volume antara sebelum dan sesudah proses pembekuan (Hadiwiyoto,1983). Pada dasarnya overrun merupakan jumlah peningkatan volume es krim yang disebabkan oleh masuknya udara pada pengocokan selama proses pembekuan (Lampert, 1965).
Overrun es krim berkisar antara 60-100%. Es krim yang baik secara umum mempunyai overrun 80% dengan kadar lemak 12-14% (Harper and Hall, 1976). Bennion (1980) meyatakan bahwa es krim yang diproduksi pabrik mempunyai overrun 70-80%, sedangkan untuk industri rumah tangga biasanya mencapai 35-50%.
2.       Kecepatan meleleh
Es krim yang berkualitas tinggi agak tahan terhadap pelelehan pada saat dihidangkan pada suhu kamar (Nelson and Trout, 1965). Kecepatan meleleh es krim secara umum dipengaruhi oleh stabilizer, emulsifier, keseimbangan gula dan bahan-bahan susu serta kondisi pembuatan dan penyimpanan yang dapat menyebabkan kerusakan protein (Campbell and Marshall, 1965).
3.       Mutu Organoleptik
Hasil pengolahan bahan pangan harus sesuai dengan apa yang oleh konsumen. Kesukaan ini dapat menyangkut sifat-sifat bahan pangan dan penilaiannya mengandalkan indera (Kartika dkk., 1987). Menurut Winarno (1997), informasi tentang suka dan tidak suka, preferensi dan keperluan konsumen untuk bisa menerima dapat diperoleh dengan menggunakan metode pengujian yang berorientasi pada konsumen dari panelis sensoris yang tidak terlatih. Pada pengujian konsumen yang benar, orang yang digunakan sebagai panelis harus diperoleh secara acak dan populasi targetnya harus representatif agar diperoleh informasi tentang sikap dan preferensi konsumen.
4.       Tekstur
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur es krim adalah ukuran, bentuk dan distribusi dari kristal es dan partikel lainnya yang membentuk body es krim (Barraquia, 1978). Tekstur es krim yang disukai adalah halus, ditunjukkan oleh kelembutan seperti beludru dan terasa lembut di mulut (Webb et al., 1980). Tekstur yang lembut pada es krim sangat dipengaruhi oleh komposisi campuran, pengolahan dan penyimpanan (Campbell and Marshall, 1975).
5.       Rasa
Rasa sebagian besar bahan pangan biasanya tidak stabil yaitu dapat mengalami perubahan selama penaganan dan pengolahan, selain itu perubahan tekstur dan viskositas bahan pangan dapat memberikan rasa (Winarno dkk., 1984). Rasa sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan dalam ICM. Cacat pada rasa dapat disebabkan oleh adanya penyimpanan susu dan produk susu yang digunakan, juga akibat kekurangan atau kelebihan penambahan bahan dalam ICM, termasuk penambahan rasa (Eckles et al., 1980).

DAFTAR PUSTAKA
Arbuckle, W.S. 1977. Ice Cream Third Edition. Avi Publishing Company, Inc West Port, Connecticut
Barraquia, V . 1978. Milk Product Manufacture. University of The Philippines at Los Banos College. Laguna. Phillipine
Belitz, H.D and W. Grosch. 1987. Food Chamistry. Springer-verlag Berlin. Heidelberg. Germany
Bennion, M. 1980. The Science of Food. The AVI Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut
Champbell, J.R and R.T Marshall. 1975. The Science of Providing Milk for Men. Mc Graw-Hill Book Company. New York
David, Elizabeth. 1994. Harvest of the Cold Months: the Social History of Ice and Ices. Penguin. London
Destrosier, N.W. and Tessler, D.K. 1977. Fundamental of Food Freezing. The AVI Publishing Co. Inc. New York
Eckles, C. H., W.B. Combs. And H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill Company. New York
Friberg, S.E and Larsson, Kare.1977. Food Emulsion 3rd edition. Marcell Dekker, Inc. New York
Furia, E. 1968. CRC Handbook of Food Science, 2nd edition Vol. 1. CRC Press. New York
Goff, H.D. 2000. Controlling Ice Cream Structure by Examining Fat Protein Interactions. J. Dairy Technology. Australia
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Penerbit Liberty. Yogyakarta
Harper, W.J. and C.W. Hall. 1976. Dairy Technology and Enginering. The AVI Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut
Idris, S. 1992. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Perternakan Universitas Brawijaya. Malang
Kartika, B., P. Hastuti dan W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta
Lampert, N.L. 1965. Modern Dairy Product. Chemical Publishing Co. Inc. New York
Marshall, R.T. and W.S. Arbuckle. 1996. Ice Cream, 5th edition. International Thomson Publishing. New York
Nelson, J.A and Trout, G.M.1965. Judging Dairy Product. The Alsen Publishing Co. Mil Wankee. Michigan
Potter, N.N. 1986. Food Science.The AVI Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut.
Walstra, P. And R. James. 1984. Dairy Chemistry and Physics. John Willey and Sons Inc. New York
Webb, B.H., A.H. Johnson, and J.A. Alford. 1980. Fundamental of Dairy Chemistry, 2nd edition. The AVI Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta


 


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html